OBJEK FUNDAMENTAL KEBERHASILAN SISWA

oleh : Mamila Ziyyit Tuqo,
Dewasa ini, masalah sekolah bukan karena guru dan orang tua tidak peduli lagi[1]. Keadaan tersebut merupakan keluhan yang sudah biasa disampaikan, akan tetapi, keluhan ini tidak benar. Kepedulian masih sama besarnya, bahkan mungkin lebih besar sekarang jika dibandingkan dengan sebelumnya. Satu hal yang menjadi masalah adalah begitu banyaknya focus perhatian yang hanya tertuju pada sebuah institusi. Orang tua banyak yang hanya mempercayakan sekolah untuk perkembangan belajar anaknya. Padahal, antara guru, dan orang tua merupakan sebuah tim yang harus bekerja sama agar proses pembelajaran di sekolah berhasil.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik[2]. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak hanya pada pendidikan formal, non formalpun dapat dikatakan sebagai guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkebribadian mulia.
            Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga diluar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikanpun tidak hanya secara klasikal, tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar se kolah sekalipun.
            Orang tua dirumah seyogyanya harus bisa berlaku sebagai guru, karena mengingat pengertian guru diatas yang tidak hanya sebatas pendidik formal. Orang tua harus lebih mengedepankan kemajuan anak-anaknya. Mereka dituntut untuk ikut andil mencetak generasi penerus yang professional. Tuntutan semacam ini, memberikan pengertian bahwa sebagai orang tua yang bijak, harus mampu mengatur kewajibannya, yakni sebagi pemberi nafkah sekaligus sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
            Fenomena sekarang membuktikan, bahwa rata-rata orang tua kurang mempedulikan tingkah laku anak-anaknya. Orang tua yang telah tersibukkan oleh urusan pekerjaannya, menjadi tidak tahu dengan apa yang terjadi pada diri anaknya. Mereka hanya memberikan fasilitas saja, uang dan segala harta benda bagi anaknya serta hanya mempercayakan kegiatan anaknya pada gurunya.
            Orang tua semacam itu, kebanyakan berpikiran bahwa pendidikan anaknya bisa berkembang hanya cukup dengan sekolah dan fasilitas. Akan tetapi fakta tidak membuktikan. Anak yang diperlakukan semacam itu, kebanyakan terpaksa melakukannya, terbebani, dan takut jika dimarahi, sehingga dapat menyebabkan psikologis anak yang tidak stabil.
            Jika menyoroti kehidupan anak di desa, justru berkebalikan dengan kehidupan anak di kota. Di kota, dengan segala fasilitas yang ada, akan tetapi kurang adanya perhatian sedang di desa dengan segala kasih sayang dan perhatian yang ada, tetapi fasilitas yang kurang. Keduanya sama-sama kurang seimbang.
            Di desa, anak-anak yang mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya, pada umumnya mereka belajar hanya sebatas apa yang telah diberikan gurunya, sedang dirumah hanya melaksanakan tugas dari gurunya. Mereka kurang berkembang dalam ilmu-ilmu yang tidak didapatkan di sekolah. Terkadang, semangat belajar mereka tinggi karena mendapat dukungan dari guru dan orang tua, akan tetapi karena kurangnya fasilitas belajar, menjadikan mereka kurang bisa berkembang.
            Melihat kedua fenomena diatas, alangkah baiknya jika keduanya di padukan. Antar orang tua, guru serta adanya fasilitas, menjadi hal pokok yang dapat menunjang perkembangan anak didik. Untuk itu, dibutuhkan adanya guru yang mempunyai profesionalitas yang tinggi. Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya[3].

Profesionalitas Guru

            Pada butir Sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa :”Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”(PGRI,1973). Guru merupakan unsure aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kebijaksanaan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini dipegang oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.
            Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi, kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan pra jabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari pendidikan prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.
            Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari system itu adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, social maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan.
            Guru harus menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh  sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lainnya yang diperlukan.

Keterlibatan Orang Tua

            Suasana yang harmonis di sekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dari siswa, tidak menjalin hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari waktu, dimana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru. Sebagian besar waktu justru digunakan peserta didik diluar sekolah, yakni dirumah dan di masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, amatlah beralasan bahwa orang tua dan masyarakat bertanggung jawab terhadap pendidikan mereka. Agar pendidikan diluar ini terjalin dengan baik dengan apa yang dilakukan oleh guru di sekolah diperlukan kerjasama yang baik antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.
            Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat mengambil prakarsa, misalnya dengan cara mengundang rang tua sewaktu pengambilan rapot, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang tua dan masyarakat, mengikutsertakan ersatuan orang tua siswa atau BP3 dalam memabntu meringankan permasalahn sekolah, terutama menanggulangi kekurangan fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.
            Sikap orang tua dan guru yang sama terhadap pembelajaran anak akan memberikan teladan yang baik bagi anak. Orang tua dan guru perlu selalu mengkomunikasikan sikap dan reaksi anak sehingga anak akan merasa di dukung dan bisa menunjukkan reaksi yang jelas, terdorong untuk meningkatkan kemampuan, bertanggung jawab, merasa aman dan senang, dewasa dan mandiri. Kerjasama orang tua secara aktif dengan sekolah bergantung pada minat, kemampuan, kesempatan, dan motivasinya. Pembelajaran akan berlangsung baik jika ada kerjasama antara orang tua dan guru. Guru adalah profesional dalam bidang pendidikan dan belajar, tetapi untuk anak berkebutuhan khusus, fungsi guru tidak akan optimal tanpa dukungan orang tua.
            Perlu adanya jalinan komunikatif antara pihak orang tua dengan guru. Sarana mengkomunikasikan keduanya harus diprogram.  Sebuah buku penghubung antara orang tua dengan guru sebaiknya diadakan. Buku tersebuat sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi keduanya. Buku penghubung akan memudahkan guru, murid dan orangtua dalam berkomunikasi tanpa memerlukan waktu yang khusus. Bagi orangtua yang tak sempat mengantar jemput secara rutin anaknya ke sekolah dan mengikuti kegiatan dan perkembangan anaknya hari per hari di sekolah, buku penghubung adalah media yang dapat dioptimalkan fungsinya sebagai sarana komunikasi antar orangtua dan guru.
            Buku penghubung ini berbeda dengan bimbingan konseling atau rapor. Kalau rapor biasanya diberikan pada jangka waktu tertentu. Sedangkan buku penghubung bisa digunakan kapan saja saat diperlukan. Misalnya untuk menyampaikan pengumuman yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar-mengajar. Seperti menyampaikan tugas rumah, ulangan harian dan info-info lainnya yang berkaitan dengan kelancaran tugas-tugas anak di sekolah dan di rumah.
            Buku penghubung ini bertujuan agar orangtua mengetahui kejadian di sekolah atau hal-hal yang memang harus diketahui orangtua. Misalnya, ada PR bahasa Indonesia hal. 20, kerjakan nomor 1-10 disalin di buku PR dan dikumpulkan hari Rabu. Sebaliknya, karena buku penghubung bisa digunakan dua arah, artinya orangtua juga bisa menulis di buku itu, pihak sekolah (guru) juga dapat mengetahui kejadian khusus di rumah, dari berita yang disampaikan orangtua. Misal, di buku penghubung itu orangtua bisa menulis: Pada hari Senin Melia sakit panas. Dokter menyarankan supaya jangan ikut pelajaran olahraga terlebih dulu. Jadi guru bisa mengetahui kejadian khusus yang terjadi di rumah dari apa yang disampaikan oleh orangtua. Maka dari itu buku penghubung wajib dibawa setiap hari ke sekolah.
            Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari buku penghubung. Khususnya, untuk anak-anak yang duduk di kelas rendah seperti kelas 1 sampai 3 SD. Walaupun saat ini diharuskan bisa membaca saat masuk sekolah dasar, namun kenyataannya ada beberapa anak di kelas awal  ini belum bisa membaca dengan lancar. Juga belum mampu mengingat tugas-tugas sekolah atau mengatur jadwal dengan baik.
Buku penghubung bisa membantu anak mengingat kembali tugas sekolah yang harus dia lakukan, utamanya untuk anak-anak yang jarang berkomunikasi dengan orangtua. Jadi anak tidak dapat berbohong jika guru telah memberikan tugas rumah, karena sudah tertulis dibuku penghubung tersebut. Jadi, baik orangtua dan guru bisa sama-sama memantau tingkah laku si anak.
Agar buku penghubung bukan hanya menjadi seonggok buku, perlu ada aspek-aspek tertentu yang dicantumkan dalam buku penghubung tersebut. Antara lain hari dan tanggal, yakni waktu dituliskannya pesan dalam buku tersebut. Juga uraian tentang apa yang mau disampaikan. Yang terakhir, paraf orangtua atau guru, untuk menunjukkan bahwa mereka sudah membaca buku tersebut.
Sedangkan spesifik atau tidaknya pelaporan bergantung dari apa yang akan ditulis di dalam buku. Kalau yang ditulis lebih bersifat informasi, ada baiknya bersifat spesifik. Sedangkan kalau yang ditulis adalah permasalahan atau keluhan guru, ada baiknya guru hanya menulis secara garis besar saja, lalu membuat perjanjian ketemu dengan orangtua. Agar buku penghubung efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat hendak menuliskan laporan di buku penghubung, yakni: Laporan tidak boleh bersifat menghakimi anak dengan penilaian yang kurang obyektif. Ada baiknya guru cuma menuliskan tentang situasi yang terjadi. Untuk anak yang sudah bisa membaca, guru tidak perlu menulis secara detil apa yang ingin disampaikan kepada orangtua. Apalagi jika itu menyangkut perilaku anak yang 'bermasalah'. Sebaiknya guru hanya menulis keinginan pihak sekolah untuk bertemu orangtua dengan memberikan jadwal pertemuan. Dengan begitu, guru bisa leluasa menyampaikan masalah yang berhubungan dengan si anak saat pertemuan berlangsung.

            Tingkatan Keterlibatan Orang Tua di Sekolah adalah
1.      Orang tua sebagai mitra dalam pendidikan anak, tetapi pasif dalam menerima pelajaran dari sekolah sehingga anak merasa bingung dengan dua dunia yang berbeda. Pembiasan-pembiasaan di rumah berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah sehingga anak akan menemui masalah dalam pembelajaran dan penyesuaian.
2.      Orang tua sebagai pendukung pembelajaran anak di sekolah. Orang tua sangat merespons positif semua pembelajaran yang berasal dari sekolah dan menuntun anak untuk mengerjakannya sehingga anak merasa bertanggung jawab terhadap dirinya berdasarkan bimbingan dari sekolah dan arahan orang tuanya.
3.      Orang tua sebagai peserta aktif dalam pembelajaran sekolah. Di sini orang tua dan guru saling bekerja sama dan berkomunikai, memberikan masukan-masukan tentang pemberian PR dan permasalahan anak sehingga terjalin kesamaan sikap serta norma yang akan memantapkan anak dalam pembelajaran dan perkembangannya. Kerjasama seperti ini bisa membantu anak mencegah kesulitan belajar dan penyesuaian diri.Bagi anak berkebutuhan khusus, jenis hubungan yang saling percaya ini akan menunjang kesejahteraannya, penyesuaian sosialnya, dan terpenting belajarnya.
Dari tingakatan diatas, diperlukan adanya orang tua yang senantiasa terlibat aktif di sekolah karena mengingat pentingnya keterlibatan aktif orang tua di sekolah adalah :
1.      Membuat orang tua sadar efek positif yang telah mereka buat terhadap anaknya (bagaimana dan apa saja pengaruhnya, apa yang telah mereka lakukan di rumah untuk pembelajaran anak di sekolah) sehingga orang tua memahami bahwa rumah dan sekolah bukanlah dua dunia yang berbeda.
2.      Membuat orang tua menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan sangatlah penting bagi pembelajaran anak di rumah dan di sekolah.
3.      Diskusi orang tua dan guru tentang pembelajaran anak merupakan cara yang efektif yang akan berdampak positif bagi anak dalam kehidupan sehari-hari,
4.      Membantu orang tua melihat bahwa cara mereka berinteraksi dengan anaknya di rumah mempengaruhi kesejahteraan, kebahagiaan, dan perkembangan sosial dan akademik anak. Kerjasama antara sekolah dan rumah dapat mencegah timbulnya permasalahan pada diri anak.
5.      Mengembangkan wawasan guru dan sekolah tentang kehidupan anak sehari-hari. Wawasan, inisiatif, pengelaman, dan kreatifitas orang tua harus diperhatikan guru untuk menjalin  kerjasama yang positif sehingga pengalaman anak di sekolah terintredasikan secara bermakna dan relevan ke dalam kehidupan sehari-harinya.
Bila kerja sama antara guru dan orang tua sudah terjalin bagus akan memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan menyamakan langkah dalam membimbing anak[4].

Adanya guru dan orang tua merupakan factor utama keberhasilan proses kegiatan siswa. Akan tetapi semua tidak akan berhasil jika tidak adanya fasilitas yang memadai. Fasilitas tidak hanya diberikan  di sekolah, akan tetapi dirumahpun perlu diberikan guna menunjang keberhasilan anak didik. Perlu diketahui, bahwa proses pembelajaran anak didik lebih banyak berada di luar sekolah. Untuk itu, fasilitas sangat dibutuhkan, tetapi juga perlu adanya pantauan dari orang tua. Misalnya internet dll.
Fasilitas yang telah ada di sekolah, merupakan factor pendukung, apalagi melihat adanya APBN sekarang ini, 20 % dari APBN dialokasikan untuk dana pendidikan. Dari jumlah yang besar tersebut, sudah sepantasnya setiap sekolah memiliki fasilitas yang memadai. Sedang untuk fasilitas di luar sekolah, pemerintah telah berusaha mengoptimalkan dana untuk siswa, dapat berupa bantuan, ataupun beasiswa, sehingga tidak menutup kemungkinan, siswa dapat memenuhi fasilitas dengan beasiswa yang telah dimiliki.
Dari hal diatas, telah dibuktikan bahwa, proses keberhasilan siswa dalam belajar, memerlukan dukungan dari berbagai factor, baik orang tua, guru serta adanya fasilitas yang memadai. Jika telah terpenuhi, tidak menutup kemungkinan bahwa Pendidikan di Indonesia akan semakin maju dengan potensi dan sumber daya manusia yang ada.


DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta
Rich, Dorothy. 2008. Menciptakan Hubungan Sekolah-Rumah yang Positif. Jakarta: PT Indeks
Soetjipto,dkk. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta. Rineka Cipta
Aziz,  Rini Utami . 2006. Anak Sulit Belajar. Solo : Tiga Serangkai





[1] Dorothy Rich, Menciptakan Hubungan Sekolah-Rumah yang Positif, Indeks, Jakarta, hal 2
[2] Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, hal 31
[3] Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000,  hal 42
[4] Rini Utami Aziz,  Anak Sulit Belajar, Solo, Tiga Serangkai, 2006
read more

Mahasiswa Sekaligus Nyantri, Kenapa tidak?

Mahasiswa merupakan sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989) Mahasiswa diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri. Menyandang status Mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab mahasiswa sangatlah besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Mahasiswa sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa. Secara moril mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk bisa menjadi sosok yang beretika karena mahasiswa telah menjadi sorotan public sekaligus generasi penerus bangsa yang telah dipercaya untuk memimpin negeri ini dalam segala bidang. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika, mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan, etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis. Dengan etika mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda mati.
Etika bisa terdukung jikalau mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang memadai, baik ilmu agama maupun ilmu umum, atau istilah kerennya imtak dan imtek harus sejalan. Lingkungan social pun dapat membawa pengaruh besar dalam membentuk jati diri seorang mahasiswa. Jika kita memandang sosok pemimpin kita, K.H Abdurrahman Wahid, atau sering dipanggil dengan Gusdur,  betapa besar jasa beliau dalam sumbangsihnya membangun Negeri Ini. Beliau sebagai tokoh agama maupun sebagai tokoh umum. Jika kita melihat latar belakangnya, beliau mendalami ilmu agama yang berasal dari pesantren. Beliau pun tak meninggalkan pendidikan formalnya. Pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Nah, jika kita menganalisa contoh diatas, kita berfikir bahwa mahasiswa sekaligus nyantri, kenapa tidak??

Mahasiswa Plus
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar bidang kajiannya yang tidak hanya memperhatikan mobilitas vertical (nilai-nilai keagamaan) tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).
Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga  menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Jika mahasiswa hidup dalam dunia pesantren, mereka akan belajar tentamg kehidupan masyarakat dalam lingkup kecil. Diajari bagaimana berfikir dengan etika. Karena dalam dunia pesantren,  etika lebih ditekankan. Selain mendapat ilmu agama,lebih,  mereka diajari bagaimana hidup bermasyarakat sesungguhnya. Jika mahasiswa berfikir, kehidupan pesantren tak seburuk yang dikira. Kehidupan pesantren  selalu menekankan nilai-nilai keagamaan yang mana akan berguna untuk mengatur kehidupan mereka yang menyelaminya. Ibarat bangunan tanpa pondasi, lama kelamaan akan roboh, begitu juga ilmu tanpa iman, tanpa agama, akanlah tak berguna juga dikemudian hari.
Ketika Mahasiswa menyadari betapa pentingnya peran mereka membangun bangsa, tentu mereka akan mempersiapkan bekal sedini mungkin. Baik itu bekal agama, maupun bekal Ilmu Pengetahuan. Mahasiswa yang produktif, mampu mempergunakan semua waktunya untuk hal yang positif. Maka tempat tinggalpun menjadi sebuah pilihan yang diprioritaskan. Bukan hanya sekedar di kos, yang mana sekarang kos-kosan bukan lagi menjadi sebuah jaminan tempat yang aman, karena kehidupan di lingkungan   sekitarnya juga ikut mempengaruhinya. Bagi mereka yang tak bisa mengendalikan diri tentang adanya berbagai pengaruh, tentu pondok pesantren menjadi sebuah pilihan yang sangat diprioritaskan. Bagi orang tua yang tak mampu mengawasi putra putrinya, tentu lebih memilih pondok pesantren sebagai tempat tinggal yang menguntungkan. Selain itu, Mahasiswa akan keluar dengan menyandang title Agen Of Change sekaligus santri. Sungguh damainya Negara kita, jika para penerus bangsanya juga memiliki moral dan etika, serta selalu mengingat almamater yang dibawanya. 
(Mamila Ziyyit Tuqo, Alumnus Ponpes Durrotu Aswaja)

read more

Touring Jogjakarta


Yogyakarta, sebuah kota yang tak diragukan lagi keindahannya, kota ini memiliki berbagai tempat wisata serta tempat perbelanjaan yang memiliki keunikan tersendiri. Kota ini juga telah dikenal berbagai turis asing, sehingga tak heran jika kita sering bertemu turis asing ketika disana. dari pengalaman saya dan teman-teman, sekitar Minggu kedua bulan Mei kemarin, bertepatan dengan tanggal 17-19 Mei 2013, tanpa sengaja aq (Mamila Ziyyit Tuqo), Dian Afrianti, Dina Wiratuningsih, dan Umi Nur Laela berangkat ke Jogja dengan membawa sepeda motor. Perjalanan panjang sekitar 130 km dari semarang memakan waktu sekitar 3-4 jam dengan rata-rata kecepatan 90 km/jam. Rute yang kami lalui adalah dari UNNES(Sekaran, Gunungpati)-Ungaran-Bawen-Ambarawa-Jambu-Temanggung-Magelang-Jogjakarta. 

Kami tiba di Jogjakarta sekitar pukul 20.00 WIB, karena kami berangkat pukul 16.30 WIB. Kunjungan pertama adalah di Malioboro. dan kami sekalian makan malam di sepanjang jalan Malioboro. 

Jalan Sepanjang Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini. (Wikipedia)

Keesokan harinya kami meneruskan perjalanan kami, yang aslinya memiliki tujuan ke UGM untuk menemui salah satu dosen di sana, waktu perjalanan, kami berhenti di tugu Yogyakarta.

Tugu Yogyakarta

Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.

Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jl Mangkubumi, tugu ini, dan Jalan Monument Yogya Kembali akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi (Wikipedia).


di perempatan tugu Yogyakarta
Kamipun duduk di sebuah kursi yang berada di perempatan tugu Yogyakarja, di jalan arah menuju Malioboro. Kursi yang kami duduki merupakan kursi khas, yang hanya ada di Yogyakarta. yang tertuliskan pyramid Yogyakarta.

Setelah itu, kami pergi ke alun-alun utara yogyakarta, dan menuju ke keraton Yogyakarta. Karcis parkir hanya Rp 3000 saja,


Karcis Parkir Alun-alun Utara
Kami menuju ke keraton Yogyakarta, dan karcis masuk hanya sebesar Rp 5000 saja,

Depan Keraton Yogyakarta

Karcis Ke keraton Yogyakarta


Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.

di dalam keraton

Di dalam Keraton




Foto dengan Turis Jerman



 Setelah mengunjungi keraton, kami berhenti dulu di alun-alun utara yogyakarta. Alun-alun utara atau dalam Bahasa Jawa disebut Alun-alun Lor merupakan salah satu land mark Kota Yogyakarta yang berupa sebuah tanah lapang yang berada di depan Keraton Yogyakarta. Disebut Alun-alun Lor karena di Kota Yogyakarta terdapat dua alun-alun yang letaknya di sebelah selatan dan utara dari Keraton Yogyakarta. Alun-alun Lor berbentuk persegi dengan luas 150 x 150 meter dengan dua pohon beringin besar berpagar yang berada di tengah alun-alun. Dua Pohon Beringin Besar itu masing-masing diberi nama Kyai Dewandaru dan Kyai Wijayandaru. Pada masa lalu di sekeliling Alun-alun Lor ditanam 63 Pohon Beringin yang melambangkan umur Nabi Muhammad SAW.

Alun-alun lor Yogyakarta

 Setelah itu, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, dan kamipun langsung menuju kampus UGM. Kami berada di UGM sampai pukul 14.00 WIB. dan setelah itu kami menuju ke pusat perbelanjaan sepanjang jalan Malioboro, tepatnya di pasar Bringharjo. kami makan dulu di dalam pasar, dengan menu makanan Gudeg Yogyakarta. 

Gudeg Yogyakarta


Makan

Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.

Terakhir adalah belanja di pasar bringharjo. Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang terletak di Jl. Jend A. Yani Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Pasar ini terkenal dengan koleksi dagangan batik, baik yang berupa kain batik ataupun produk garmen batik lainnya seperti, daster, celana pendek, piyama dll. Lokasi pasar ini bersebelahan dengan museum sejarah Benteng Vredeburg dan berseberangan dengan Gedung Agung. Pasar ini terkenal sebagai salah satu tujuan wisata dan sekaligus merupakan pusat kegiatan perdagangan produk batik Yogyakarta.

Waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WIB dan saatnya untuk pulang ke Semarang, namun kami Sholat magrib dulu, dan akhirnya kami pulang ke Semarang memakan waktu 3 jam perjalanan. 

read more

Cahaya (Pemantulan Cahaya)


Hukum Pemantulan Cahaya

  1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar
  2. Sudut datang sama dengan sudut pantul
Ada dua jenis pemantulan cahaya

  • Pemantulan Difus (Baur)
Jika cahaya jatuh pada permukaan yang tidak rata atau kasar, maka cahaya akan dipantulkan ke segala arah. Pemantulan difus memberi kesan sejuk. Misalnya di siang hari sudut-sudut ruang kelas kelihatan terang karena adanya pemantulan difus.

  • Pemantulan teratur
Apabila berkas cahaya jatuh ke tempat yang halus dan mengkilap, maka berkas cahaya akan dipantulkan secara teratur. Contohnya pemantulan pada cermin datar. Pemantulan teratur memberi kesan silau pada mata.

read more